ANALISIS KOMPOSIT DAN PEMETAAN FOOD SECURITY AND VULNERABILITY ATLAS (FSVA) KAB/KOTA 2021
ANALISIS KOMPOSIT DAN PEMETAAN FOOD SECURITY AND VULNERABILITY ATLAS (FSVA) KAB/KOTA 2021
1. ANALISIS KOMPOSIT
Pendekatan metodologi yang diadopsi
untuk analisis komposit adalah dengan menggunakan metode pembobotan. Metode
pembobotan digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan relatif indikator
terhadap masing-masing aspek ketahanan pangan. Metode pembobotan dalam
penyusunan FSVA mengacu pada metode yang dikembangkan oleh The Economist
Intelligence Unit (EIU) dalam penyusunan Global Food Security Index (EIU
2016 dan 2017). Goodridge (2007) menyatakan jika variabel yang digunakan dalam
perhitungan indeks berbeda, maka perlu dilakukan secara tertimbang (pembobotan)
untuk membentuk indeks agregat yang disesuaikan dengan tujuannya.
Langkah-langkah perhitungan analisis komposit adalah sebagai berikut:
1. Standarisasi nilai indikator dengan menggunakan z-score dan distance to scale (0 – 100)
2. Menghitung skor komposit desa dengan cara menjumlahkan hasil perkalian antara masing-masing nilai indikator yang sudah distandarisasi dengan bobot indikator, dengan rumus:
Dimana:
Yj : Skor komposit desa ke-j
ai : Bobot masing-masing indikator ke-i
Xij : Nilai standarisasi masing-masing indikator ke-i pada desa ke-j
i : Indikator ke 1, 2, …, 6
j : Desa ke 1, 2, …dst
(sumber :
Buku Panduan FSVA Kabupaten/Kota 2021)
Penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan pendekatan proporsional Khusus untuk analisis wilayah kelurahan hanya digunakan lima (5) indikator. Mengingat ketersediaan pangan di perkotaan secara umum tidak dipengaruhi oleh produksi yang berasal dari wilayah sendiri tetapi berasal dari perdagangan antar wilayah, maka pada perhitungan komposit wilayah kelurahan di perkotaan hanya didasarkan pada rasio jumlah sarana dan prasarana ekonomi. Indikator rasio luas lahan pertanian tidak digunakan dalam analisis komposit wilayah kelurahan. Nilai bobot 0,33 (1/3) dari indikator rasio luas baku aspek ketersediaan pangan kemudian dialihkan kepada indikator rasio jumlah sarana dan prasarana ekonomi terhadap jumlah rumah tangga. Bobot untuk setiap indikator mencerminkan signifikansi atau pentingnya indikator tersebut dalam menentukan tingkat ketahanan pangan suatu wilayah.
Tabel Bobot Indikator FSVA
No |
Indikator |
Bobot |
|
Desa |
Kelurahan |
||
I |
Aspek Ketersediaan Pangan |
1/3 |
1/3 |
1 |
Rasio
luas lahan pertanian terhadap jumlah penduduk |
1/6 |
- |
2 |
Rasio
jumlah sarana dan prasarana ekonomi terhadap jumlah rumah tangga |
1/6 |
- |
II |
Aspek Akses Pangan
|
1/3 |
1/3 |
3 |
Rasio
jumlah penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah terhadap jumlah
penduduk |
1/6 |
1/6 |
4 |
Desa
yang tidak memiliki akses penghubung memadai |
1/6 |
1/6 |
III |
Aspek Pemanfaatan Pangan |
1/3 |
1/3 |
5 |
Rasio
jumlah rumah tangga tanpa akses air bersih terhadap jumlah rumah tangga
|
1/6 |
1/6 |
6 |
Rasio
jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
|
1/6 |
1/6 |
(sumber : Buku Panduan FSVA Kabupaten/Kota 2021)
3. Mengelompokan desa/kelurahan ke dalam 6 kelompok prioritas berdasarkan cut off point komposit. Skor komposit yang dihasilkan pada masing-masing wilayah dikelompokkan ke dalam 6 kelompok berdasarkan cut off point komposit. Cut off point komposit merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing perkalian antara bobot indikator individu dengan cut off point indikator individu hasil standarisasi z-score dan distance to scale (0-100).
Dimana:
Kj : cut off point komposit ke-j
ai : Bobot indikator ke-i
Cij : Nilai standarisasi cut off point indikator
ke-i komposit ke-j
i : indikator ke 1,2,3,……….6
j : komposit ke 1,2,3,………6
(sumber : Buku Panduan FSVA Kabupaten/Kota 2021)
Hasil perhitungan skor komposit
selanjutnya diklasifikasikan kedalam enam prioritas berdasarkan nilai cut
off point (ambang batas) komposit. Cut offpoint komposit diperoleh
dari hasil perhitungan antara bobot dengan cut off point indikator
individu. Prioritas 1 merupakan prioritas utama yang menggambarkan tingkat
kerentanan pangan wilayah yang paling tinggi (sangat rentan), sedangkan
prioritas 6 menunjukkan wilayah dengan tingkat ketahanan pangan yang paling
baik (sangat tahan). Dengan kata lain, wilayah prioritas 1 memiliki tingkat
resiko kerawanan pangan yang lebih besar dibandingkan wilayah lainnya. Meskipun
demikian, wilayah yang berada pada prioritas 1 tidak berarti semua penduduknya
berada dalam kondisi rentan rawan pangan, sebaliknya wilayah pada prioritas 6
tidak berarti semua penduduknya tahan pangan.
2. PEMETAAN
Hasil analisis komposit kemudian
divisualisasikan ke dalam sebuah bentuk peta. Selain itu, indikator individu
juga divisualisasikan ke dalam bentuk peta berdasarkan range indikatornya,
sehingga akan dihasilkan tujuh peta yang terdiri dari satu peta komposit dan
enam peta indikator individu.
Peta-peta yang dihasilkan menggunakan gradasi warna merah dan hijau. Gradasi merah menunjukkan variasi tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan dan gradasi hijau menggambarkan variasi ketahanan pangan. Warna yang semakin tua menunjukkan status yang lebih tinggi dari situasi ketahanan atau kerentanan pangan. Pemetaan dilakukan dengan menggunakan software Quantum-GIS.
Peta FSVA Nasional (Level
Kabupaten/Kota)
Add New Comment