PEMBINAAN SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI (SKPG) DI KABUPATEN TANGERANG

Sumber Gambar :

angerang 22/07/2019 -Dinas Ketahanan Pangan melaksanakan pertemuan yang dilaksanakan di Kantor Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang Pada Tanggal 22 Juli 2019. Pertemuan diawali dengan laporan ketua panitia oleh kepala seksi kerawanan pangan dilanjutkan dengan sambutan dan arahan dari Camat Kecamatan Curug dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten sekaligus membuka secara resmi acara Pembinaan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) di Kabupaten Tangerang Tahun 2019.

Pembinaan Sistem Kewaspadaan pangan dan Gizi (SKPG) ini lebih menitikberatkan pada pembinaan ibu yang memiliki balita dengan berat badan dibawah rata-rata dan balita tidak naik berat badan 2 kali penimbangan berturut turut di Kec. Curug yang didasarkan pada hasil analisis SKPG Kabupaten Tangerang Tahun 2019. Selain itu, pada acara ini juga dibahas mengenai kebijakan yang berkaitan dengan Ketahanan Pangan serta pola konsumsi pangan B2SA dan gerakan KRPL. Acara ini juga memfasilitasi pemberian bahan percontohan berupa bahan makanan menu B2SA yang diberikan kepada ibu balita (balita yang memiliki berat badan di bawah standard dan 2T. Narasumber dalam acara ini meliputi Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten (Dr. Moh. Ali Fadillah), Pakar Ahli Komisi II DPRD Provinsi Banten (Atmawijaya) dan Kepala Seksi Konsumsi Pangan. Diskusi dipimpin oleh moderator yang berasal dari Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten (Drs. H. Dendi Hamadani, M.Si).

Materi yang disampaikan dalam kegiatan yaitu: (a) Situasi Pangan dan Gizi di Kabupaten Tangerang (Dr. Moh. Ali Fadillah); (b) Peran Keluarga Dalam Menjaga Gizi Balita (Atmawijaya); (c) Peningkatan Gizi Pangan Masyarakat Melalui Konsumsi Pangan B2SA dan Gerakan KRPL (Yuki Yusuf, SP); (d) Pembagian Bahan Percontohan (Rudi Wahyu Rudito).

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi dilakukan sebagai upaya penyediaan data dan informasi tentang keadaan pangan dan gizi secara rutin yang digunakan untuk pengambilan keputusan.

SKPG menjadi sangat penting ketika ada ancaman krisis pangan dan gizi di suatu daerah agar hal tersebut tidak sampai terjadi. Berdasarkan hasil analisis SKPG aspek ketersediaan pangan, pada bulan Januari, April dan Mei Kab. Tangerang dikategorikan aman. Sedangkan pada bulan Februari, Maret, dan Juni dikategorikan waspada.

Berdasarkan hasil analisis SKPG aspek akses pangan, pada bulan Januari sampai dengan Juni Kab. Tangerang berstatus aman. Berdasarkan hasil analisis SKPG aspek pemanfaatan pangan, pada bulan Januari sampai dengan Juni Kab. Tangerang berstatus aman. Kondisi pemanfaatan pangan Kec. Curug Kab. Tangerang berdasarkan hasil analisis SKPG secara komposit berstatus rentan pada bulan januari dan berstatus aman pada bulan Februari sampai dengan Mei 2019 dikategorikan aman.

Pada Bulan Januari Persentase  jumlah balita naik berat badan di Kec. Curug kurang dari 80% sehingga dikategorikan rentan, sedangkan pada bulan Februari, Maret, April dan Mei dikategorikan aman dikarenakan persentase balita naik berat badan lebih dari 90%. Pada Bulan Januari Persentase  jumlah balita 2T di Kec. Curug lebih dari 20% sehingga dikategorikan rentan, sedangkan pada bulan Februari, Maret, April dan Mei dikategorikan aman dikarenakan persentase balita 2T kurang dari 10%.

Pada bulan Januari sampai dengan Mei 2019, Persentase balita BGM dibandingkan dengan jumlan balita ditimbang di kecamatan curug kurang dari 5%.

          Rekomendasi yang dapat dilakukan oleh Kabupaten Tangerang dan Kecamatan adalah mengidentifikasi penyebab balita tidak naik berat badan, melakukan pembinaan terhadap posyandu-posyandu di semua Kecamatan, melakukan peyuluhan gizi di daerah-daerah yang teridikasi rentan pangan serta melakukan pematauan secara berkala bekerjasama dengan puskesmas dan posyandu.

          Peranan keluarga menjadi sangat penting dalam hal membangun ketahanan pangan dikarenakan makanan pertama yang masuk di tubuh manusia disajikan di dalam keluarga. Pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI eksklusif juga menjadi hal yang palin penting dalam 1000 hari pertama kehidupan manusia yang akan berpengaruh terhadap kehidupan masa yang akan datang.

Pola konsumsi pangan B2SA merupakan pola makan yang menggunakan susunan makanan untuk sekali makan atau untuk sehari menurut waktu makan (pagi, siang dan sore/malam), yang mengandung zat gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan jumlah yang memenuhi kaidah gizi seimbang yang sesuai dengan daya terima (selera, budaya) dan kemampuan daya beli masyarakat serta aman untuk di konsumsi. 

Tujuan utama pola konsumsi pangan Beragam Bergizi Seimbang (B2SA) adalah meningkatkan kesadaran dan membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman untuk hidup sehat, aktif, dan produktif kepada masyarakat. Gerakan pola konsumsi B2SA bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait prinsip B2SA dalam olahan pangan lokal serta mendorong kreativitas dan inovasi olahan pangan lokal B2SA yang bernilai komersial dengan sasaran tim penggerak PKK dan masyarakat umum melalui promosi dan sosialisasi B2SA, pameran, gekan, dan lomba cipta menu. Empat pilar gizi seimbang  terdiri dari mengkonsumsi makanan beragam, membiasakan perilaku hidup sehat, melakukan aktivitas fisik, serta mempertahankandan memantau berat badan normal.

Menu makan 1 porsi ideal atau yang dikenal dengan diagram isi piringku meliputi 33,33% makanan pokok, 33,33% sayuran, 16,67% lauk pauk, 16,67% buah-buahan.

KRPL merupakan Konsep lingkungan perumahan penduduk atau suatu lingkungan aktivitas/ tempat tinggal kelompok masyarakat yang secara bersama-sama mengusahakan pekarangan atau lahan sekitarnya untuk kegiatan budidaya secara intensif sehingga dapat dimanfaatkan menjadi sumber pangan secara berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan gizi warga setempat.

Tujuan KRPL adalah memberdayakan rumah tangga dan masyarakat dan penyediaan sumber pangan dan gizi serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi B2SA.

Komponen KRPL meliputi kebun bibit, demplot, pengembangan lahan pakarangan, pengembangan kebun sekolah, pengolahan hasil pekarangan.

Sabut kelapa, barang daur  ulang seperti botol minuman dan kemasan detergent atau minyak goring, pelepah pisang, sepatu atau topi bekas juga bisa dimanfaatkan sebagai media tanam di KRPL dengan berbagai model penanaman

Diharapkan pelaksanaan SKPG pada tahun 2019 dapat lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.


Share this Post